Pernah mendengar cerita Dewa Wisnu dan tunggangannya, yaitu Garuda? Saya yang orang Jawa dan pernah belajar pewayangan cerita Ramayana juga tidak tahu detail kisah Dewa Wisnu (baca: orang jawa macam apaan, pokoknya bukan Jawa Metal). Jelasnya, di Jawa peninggalan sejarah tentang Dewa Wisnu jarang sekali dilihat orang. Bali-lah yang menjadi tempat di mana Dewa Wisnu diabadikan dalam bentuk patung besar. Tidak heran jika mayoritas agama di Bali, yaitu Hindu Budha selalu mengabadikan dewa-dewa mereka dalam bentuk patung. Itu mengapa GWK (Garuda Wisnu Kencana) sangat terkenal di Bali.
baca juga: Jalan Legian Bali Jadi Ikonik Wisata Pagi Dini Hari
Pertama kali mendengar GWK ya ekspektasi saya patung raksasa perwujudan Dewa Wisnu dengan kedua tangan yang buntung—belum selesai dibuat. Rasanya saya antusias ketika GWK masuk dalam itinerary ke Bali kali ini. Saya akan melihat patung raksasa yang tidak pernah saya lihat sebelumnya. Selain belum pernah melihat patung raksasa, dari awal menyusuri jalanan di Bali banyak hal-hal yang membuat saya seperti mengenal dunia baru. Saya belum pernah melihat keunikan-keunikan Bali, salah satunya ‘sajen’. Bagaimana saya tidak antusias dengan hal-hal lain di Bali.
Dari parkiran menuju gerbang patung Dewa Wisnu cukup jauh dan saya harus berjalan kaki di jam satu siang—jangan tanya panasnya, pastinya panas Jakarta mah lewat. Dengan pedenya saya gesit melangkah hingga sampai di pintu masuk. Sebelum memasuki area saya harus memakai selendang di pinggang—tradisi ini juga belum pernah saya temui–karena Bali menerapkan kesopanan apabila memasuki area suci. Saya menyusuri tangga menuju patung tersebut, dan tadaaaaa, patung Dewa Wisnu terpampang besar dengan bawahnya digenangi air mancur kecil. Saya pun membuang napas ketika hanya patung saja yang saya lihat. Sudah susah payah berjalan kaki di tengah terik matahari Bali. Antusias saya hanya sampai di depan patung raksasa yang cukup sulit diambil gambarnya (sayanya akan tampak sangat kecil dengan background patung Wisnu).
baca juga: 8 Spot Instagramable di Dago Dream Park
Well, tak mau sia-sia di GWK, saya pun berkeliling mencari sesuatu yang unik yang bisa membuat antusias saya bangkit lagi–agar mood tetap stabil di tengah terik matahari. Lalu, saya menemukan empat hal ini agar melupakan patung besar itu.
Membasuh Wajah Dengan Air Suci Amerta
Pernah mendengar air amerta? Air amerta ialah air suci yang bisa membuat hidup abadi dan berada di puncak Gunung Mahameru–hanya cerita sejarah itu saja yang saya tahu tentang air amerta, kalau mau tahu lebih banyak bisa cari di mbah gugel. Ketika saya selesai melihat replika patung Wisnu, Bli penjaga GWK menawarkan kami untuk make a wish dengan air suci. Kami yang tahunya make a wish ketika tiup lilin antusias dengan hal baru tersebut. Menggunakan air suci? Melangkahlah kami mengikuti Bli itu. Ternyata, ada Bli penjaga lagi yang akan memandu memohon permintaan. Diawali dengan membasuh wajah terlebih dahulu lalu kami memejamkan mata dan memohon apa yang kami mau, lalu Bli tersebut akan menciprat-cipratkan air di atas kepala kita sambil komat kamit.
Area air amerta tersebut ialah area suci, jadi wanita yang haid tidak bisa memasuki area tersebut. Percaya atau tidak dengan permohonan tersebut? Itu tergantung dari diri kita masing-masing.
Berteduh di Tengah-tengah Tebing
Bosen melihat patung besar? Kamu harus menyusuri area lain, yaitu patung Garuda. Patung garuda berada di belakang patung Wisnu. Kami harus menuruni tangga lagi untuk menuju ke sana dan melepas selendang yang sebelumnya kami ikat di pinggang—berarti di area patung Garuda bukan area suci. Di depan patung Garuda terdapat halaman luas dihiasi dengan rumput yang rapi. Pas bukan? Pas untuk foto bersama maksudnya.
Akhirnya, kami pun foto bersama di depan Patung Garuda. Jika menelisik lebih jauh lagi, di sisi kanan dan kiri halaman tersebut ternyata tebing tinggi. Penasaran, saya mendekati gang-gang tebing dan rasanya nikmat sekali, saya bisa berteduh sebentar di bawah tebing-tebing. Di area ini justru lebih bagus untuk mengambil foto karena saya dikelilingi dengan tebing tinggi. Tebing tersebut terbentuk dari galian masyarakat Bali zaman dulu yang mengambil batu kapur untuk membuat bangunan. Lama-kelamaan, area itu menjadi tebing yang memiliki gang-gang. Jadi, bisa dikatakan bahwa area ini buatan yang tidak sengaja.
Berburu Pernak-pernik Khas Bali
Tidak tahannya saya dengan terik matahari dan badan saya juga sudah bau matahari, akhirnya saya menelusup masuk ke pusat souvenir. Di sana saya bisa ngadem sekaligus melihat souvenir-souvenir khas Bali. Setelah mengelilingi GWK, kamu juga bisa berteduh di dalam area toko souvenir sambil menikmati iringan musik gamelan.
Menonton Pertunjukan Budaya
Halaman yang luas di area patung Wisnu bukan hanya bisa digunakan untuk selfi, tetapi juga digunakan untuk menggelar pertunjukan budaya Bali, seperti tarian khas Bali. Itulah identiknya Bali, selalu memperkenalkan budaya di area wisatanya. Dengan begitu, pengunjung bisa mendapatkan kesan setelah keluar dari tempat wisata. Pergelaran seni yang dilaksanakan di GWK biasa diadakan di sore hari menjelang senja. Setiap harinya pertunjukan yang ditampilkan berbeda-beda, sehingga bagi wisatawan yang sengaja ingin menonton pertunjukan seni di GWK harus pintar memilih waktu. Kali ini, saya salah memilih waktu karena saya datang siang, sehingga yang saya dapatkan bukan seninya, tapi panas mataharinya.
Itulah empat hal yang bisa kamu lakukan di GWK agar tidak melihat patung besar saja. So, bagi traveler pasti tahu untuk apa mendatangi setiap tempat wisata. Ingin sekadar mencari informasi umum, hunting foto bersejarah, atau membawa cerita baru dengan melihat hal-hal unik lainnya. Bagi kamu yang ingin mengunjungi patung GWK lebih baik memilih jam yang tepat agar tidak kecewa (seperti saya ini -_-).
Baca juga:
5 Hal Unik Tari Kecak yang Membuat Turis Kembali ke Bali