Ketika memasuki area pameran di Jakarta, yaitu Rubanah di Basement Wisma Geha yang pertama muncul di ingatanku ialah Film Penyalin Cahaya (Photocopier).
Bagaimana tidak, film Penyalin Cahaya atau dalam bahasa Inggrisnya berjudul Photocopier ini pernah menjuarai Film Terbaik di FFI 2021 lalu. Film tema pelecehan seksual tersebut memiliki cerita cerdas dan sangat keren.
Pengalin Cahaya menyelipkan cerita tentang foto kopi tubuh manusia, khususnya punggung untuk dijadikan properti seni teater. Adapun Rubanah merupakan foto kopi tangan manusia dan senimannya membuat menjadi seni kontemporer.
Tools atau alat yang terdapat pada film Penyalin Cahaya dan pameran Rubanah sama, yaitu alat foto kopi.
Kalau ada yang belum nonton Penyalin Cahaya dan penasaran bisa tonton di Netflix ya.
Baca juga: Ide Foto Estetik dari A Quite Place Ini Bisa Kamu Tiru
Rubanah Exhibition yang aku kunjungi kali ini merupakan pameran solo oleh Bibiana Lee dan dikurasi oleh Grace Samboh. Letaknya yaitu di Basement dan sebutannya Rubanah Underground Hub.
Pameran Rubanah ini unik, simple, tetapi punya konsep yang kuat. Sebuah tangan saja bisa menjadi seni. Pengunjung bisa memfoto copy tangan dan menempelkannya di dinding.
Konsep hitam putih dengan menggunakan tangan sebagai karya seni membuat pameran ini sangat menarik. Apa keunikan yang bisa kita lihat di Rubanah? Ini versi aku.
1. Bentuk Tangan dari Wanita atau Laki-laki
Kita bisa melihat bagaimana bentuk tangan-tangan manusia. Apakah tangan dari seorang perempuan atau laki-laki. Berapa umur mereka jika dilihat dari tangan.
Seperti memprediksi dan mengira-ngira, apa jenis kelamin dari foto tangan hitam putih yang tertempel di dinding ruangan pameran.
Bentuk tangan yang lebih memperlihatkan otot bisa merupakan tangan seorang laki-laki. Tangan yang lebih ramping bisa berasal dari tangan seorang wanita. Namun, gambar tersebut ialah hitam putih, jadi setiap penikmat seninya bisa memiliki perspektif yang berbeda.
2. Melihat Secara General
Uniknya, dengan konsep hitam putih tersebut maka kita melihat bahwa tangan-tangan manusia itu sulit dilihat secara spesifik. Apakah berasal dari wanita cantik atau tidak, tangan dari laki-laki ganteng atau tidak. Semua sama.
Tentu saja tidak bisa dilihat dari tangan seperti apa orang tersebut, cantik atau jelek. Itu mengapa, hitam putih menjadi konsep yang diambil untuk melihat bahwa semua pemilik tangan tersebut ialah sama.
3. Seni Sederhana Pameran di Jakarta
Rubanah membuatku berpikir kembali bahwa seni itu tidak harus mahal. Hanya dengan foto kopi tangan bisa membuat semua itu menjadi seni yang unik dan menarik. Seni itu berbicara soal rasa dan pesan.
Meskipun terkadang sulit menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh senimannya. Harus mantengin beberapa menit, kalau tidak menemukan pesannya, bisa baca aja di note yang biasanya ada di samping karya seni.
Saat ini, seni di Indonesia semakin berkembang. Banyak pameran di Jakarta yang menampilkan karya seni dari seniman-seniman keren di Indonesia, bahkan tak jarang yang membuat pameran tunggal.