Niatnya hiking, malah sampai puncak. Nggak pernah kepikir juga melakukan pendakian Gunung Prau via Patak Banteng dalam sehari, lalu langsung turun lagi (tektok).
Gunung Prau terletak di dataran tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Memiliki ketinggian 2.565 Mdpl yang cocok untuk pendaki pemula.
Itu kenapa rencana awal ialah hiking terlebih dahulu untuk ngetes fisik bisa sanggup sampai mana. Berangkat dengan tiga orang, dua cewek dan satu cowok serta fisik kami yang mungil-mungil tidak memaksakan pula untuk bawa carrier.
Satu tenda saja sudah lumayan beratnya, jadi itulah yang menjadi pertimbangan kami untuk tektok saja.
6 Jalur Resmi Penanjakan Gunung Prau
Memiliki enam jalur pendakian Gunung Prau yang bisa jadi pilihan dan kemarin aku memilih berangkat dari Patak Banteng. Lalu, estimasi waktu mendaki Gunung Prau berapa jam? Tentu saja tergantung dari masing-masing jalur.
Setiap jalur memiliki estimasi waktu tempuh yang berbeda.
1. Jalur Pendakian Gunung Prau Via Wates
Pendakian via Wates relatif sepi dan memiliki jalur yang lebar sehingga tidak perlu antre dengan pendaki lainnya.
Jarak basecamp ke puncak: 3,8 km
Estimasi waktu tempuh: 4-5 jam
Rekomendasi camp: Bukit Rindu, Cemoro Tunggal, Sunrise Camp
Alamat Basecamp: Jalan Candiroto – Kejajar, KM. 11, Gejungan, Wates, Wonoboyo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah
2. Jalur Pendakian Gunung Prau Via Dieng
Memiliki trayek yang relatif landai dan cocok untuk mendaki Gunung Prau bagi pemula. Kamu juga akan bertemu pendaki lain yang berangkat dari jalur Dwarawati karena akan ada persimpangan setelah pos 2.
Jarak basecamp ke puncak: 3,1 km
Estimasi waktu tempuh: 2,5 – 3 jam
Rekomendasi camp: Telaga Wurung, Sunrise Camp
Alamat Basecamp: Kalilembu, Dieng, Wetan, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah
3. Jalur Pendakian Gunung Prau Via Patak Banteng
Menjadi jalur yang digemari para pendaki karena punya pemandangan menarik. Tidak heran jika ramai oleh pendaki yang naik maupun turun.
Jarak basecamp ke puncak: 3,6 km
Estimasi waktu tempuh: 3 – 4 jam
Rekomendasi camp: Sunrise Camp
Alamat Basecamp: Jl. Dieng No.KM. 24, Patakbanteng, Kec. Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah
4. Jalur Pendakian Gunung Prau Via Dwarawati
Memiliki jalur landai sehingga cocok untuk pemula. Pintu masuk basecamp dari Dieng Kulon atau dekat dengan Candi Dwarawati.
Jarak basecamp ke puncak: 2,75 km
Estimasi waktu tempuh: 3 – 4 jam
Rekomendasi camp: Telaga Wurung, Sunrise Camp
Alamat Basecamp: Krajan, Dieng Kulon, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah
5. Jalur Pendakian Gunung Prau Via Kalilembu
Memiliki jarak tempuh yang lumayan jauh tetapi panorama alamnya sangat menarik. Area basecamp jauh dari jalan raya sehingga jalur pendakian ini tidak sepopuler Patak Banteng.
Jarak basecamp ke puncak: 3,22 km
Estimasi waktu tempuh: 4 – 5 jam
Rekomendasi camp: Cemoro 9, Bukit Teletubies, Telaga Wurung, Sunrise Camp
Alamat Basecamp: Kalilembu, Dieng, Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah
6. Jalur Pendakian Gunung Prau Via Igirmranak
Perhutani baru meresmikannya pada Juni 2017 dan relatif sepi, jadi tidak perlu khawatir desak-desakan dengan pendaki lain. Pemandangannya juga tidak kalah dengan jalur lainnya dan akan melewati 3 terowongan Kemin yang jadi ikonik Jalur Igirmranak.
Jarak basecamp ke puncak: 4,5 km
Estimasi waktu tempuh: 4 – 5 jam
Rekomendasi camp: Pos 3, Camp Area Telaga Wurung
Alamat Basecamp: Igirmranak, Kejajar, Wonosobo, Jawa Tengah
Itinerary Penanjakan Via Patak Banteng 1 Hari 1 Malam
Keberangkatan dari Comal, Pemalang menggunakan motor bisa 1 Hari 1 Malam. Apabila naik Gunung Prau dari Jakarta mungkin membutuhkan waktu 2 Hari 2 Malam. Sebaiknya nge-camp apabila berangkat dari Jakarta.
Day 1: Jakarta – Comal, Pemalang
Kampung halaman aku di Comal, Pemalang. Bagi yang belum tahu, mungkin lebih dekat ke Pekalongan, jadi perbatasan antara Pemalang dan Pekalongan.
Menggunakan bus Sinar Jaya jurusan Pekalongan dari Kampung Rambutan. Membutuhkan waktu sekitar 5-6 jam perjalanan. Jadwal bus ada yang pagi dan malam, aku selalu mengambil bus pagi yang berangkat pukul 08.00 pagi.
Bermalam di rumah, lalu esok harinya baru melanjutkan ke Wonosobo.
Day 2: Comal, Pemalang – Dieng, Wonosobo
Menggunakan motor sekitar 3 jam perjalanan. Berangkat pukul 05.30 dan sampai pukul 09.00. Lalu, lanjut registrasi di basecamp Patak Banteng dan persiapan penanjakan. Setelah semuanya selesai, kita mulai naik pukul 09.30 dan sampai puncak pukul 12.30. Jadi, sekitar 3 jam perjalanan penanjakan.
Menikmati keindahan di puncak sekitar 1,5 jam lalu pukul 14.00 mulai turun kembali. Sebetulnya masih kurang, tetapi karena tidak membawa tenda, jadi mau tidak mau harus kembali ke basecamp.
Sampai di basecamp pukul 17.30, yaitu sekitar 3,5 jam perjalanan. Saat perjalanan turun memang membutuhkan waktu yang lebih lama karena hujan sepanjang perjalanan.
Pada jam tersebut bahkan banyak pendaki yang baru naik karena mengejar sunrise mungkin. Wah, gimana ya rasanya mendaki Gunung Prau malam hari? Pastinya harus dengan para pendaki yang sudah profesional ya.
Perjalanan pulang ke Comal, Pemalang pada pukul 18.00-22.30 WIB, sekitar 4,5 jam perjalanan menggunakan motor dengan kecepatan 20-40 km per jam. Keadaan gelap, jalanan berliku dan naik turun, serta hujan, maka durasi perjalanan lebih lama 1,5 jam.
Bagi kamu yang menggunakan motor dan sudah gelap, sebaiknya menginap di basecamp atau sewa hotel sekitar Dieng. Jalanan di Wonosobo pada malam hari cukup mengerikan karena tidak ada lampu dan berliku serta naik turun.
Jika memilih menginap di hotel, pastikan jangan memilih hari libur karena hotel akan penuh. Alternatifnya ialah bermalan di basecamp dan lebih baik lagi jika nge-camp di Puncak Gunung Prau.
Pemandangan Jalur Pendakian Gunung Prau via Patak Banteng
Ini jalur pertama yang aku lalui untuk menanjak ke Gunung Prau. Awalnya hiking, jadi memilih jalur ini karena lebih cepat dan perlu mengejar waktu. Namun, sampai puncak, jadi bisa dibilang sudah menanjak ya. Hehe
Pemandangan via Patak Banteng juga cukup keren. Ini pemandangan yang aku lihat ketika mendaki Gunung Prau via Patak Banteng.
1. Ondo Sewu
Jadi sport foto yang bagus karena ada seribu tangga menuju Pos 1. Tangga tersebut memiliki bermacam warna, sehingga tampak instagramable. Meskipun cukup melelahkan menaiki seribu tangga, tetapi lebih berwarna menuju Pos 1.
2. Sikut Dewo
Area setelah Pos 1 memiliki pemandangan persawahan dan perkebunan Terong Belanda. Pada perjalanan di sini ada sebuah warung yang memiliki perkebunan bunga yang cantik. Tidak terlalu luas, tetapi lumayan untuk pemandangan para pendaki sambil istirahat.
Momennya pas ketika aku ke Bromo, yaitu setelah musim penghujan jadi bunga masih bermekaran. Aku tulis juga Kapan Waktu yang Tepat ke Bromo? Jangan Lewatkan 3 Momennya.
3. Canggal Walangan
Setelah melewati Pos 2, kita akan melewati tanjangan tanah yang sepertinya sudah tercampur belerang. Jadi warnanya seperti belerang dan cukup licin. Perlu hati-hati ketika melewati area ini.
Tenang saja, jalanan tersebut sudah ada tapak penanjakan untuk membantu pendaki memilih jalan.
4. Cacingan
Lokasi ini berada di Pos 3 dan menjadi spot favorit karena sangat cantik dengan akar-akar yang menjulang. Aku merasa seperti di hutan terlarang di film Harry Potter atau film perburuhan lainnya.
Setelah lelah melewati Pos 1 hingga Pos 3, kita akan disuguhkan dengan pemandangan menarik di Cacingan.
5. Sunrise Camp
Area camp zona 1 yang bisa kamu pilih untuk mendirikan tenda. Pemandangan Bukit Teletubis bisa kamu lihat di Sunrise Camp. Kamu yang suka berburu sunrise, bisa memilih area ini.
Harga Tiket
Bus Jakarta – Wonosobo: Rp 120.000,-
Kamu yang berangkat dari Jakarta bisa menggunakan bus ataupun kereta api. Apabila kereta maka memilih jurusan Jakarta – Purwokerto, tetapi harus menyambung bus lagi ke Wonosobo.
Bensin Comal, Pemalang – Wonosobo: Rp 50.000,- (PP)
Tiket Masuk: Rp 20.000,- /orang
Tiket Parkir Basecamp: Rp 10.000,- (berlaku 1×24 jam)
Nah, sebagai pemula tentu saja pendakian gunung prau via Patak Banteng sangat seru dengan pemandangan alamnya. Ketinggiannya yang masih 2.565 Mdpl mungkin masih bisa tektok, tetapi jika sudah di atas 3.000 an, sebaiknya nge-camp sih.
Sunrise menjadi momen yang paling ditunggu bagi para pendaki, jadi jangan lewatkan momen tersebut. Apabila ada kesempatan dan memang bisa naik dengan pendaki-pendaki yang sudah biasa, mungkin aku memutuskan untuk nge-camp saja.