Semakin lama semakin tak dilirik
MUNGKIN itulah salah satu kalimat yang tepat untuk menggambarkan sebuah situs sejarah yang kini semakin menua. Keraton Kanoman ialah kunjungan pertama traveling di Cirebon. Kunjungan berikutnya aku memilih ke:
- Pelabuhan Perikanan Kejawan
- Bukit Gronggong, yang memiliki spot romantis
- Goa Sunyaragi, yang sedikit memiliki aura mistis
Keraton kanoman merupakan keraton pertama di Cirebon dan yang kedua dipegang oleh Keraton Kasepuhan. Konon, kedua keraton tersebut ialah tempat ketua dan wakil kesultanan di Cirebon. Sultan Anom I atau Pangeran Kertawijaya yang mendirikan Keraton Kanoman sebagai ketua, sedangkan Keraton Kasepuhan didirikan oleh Pangeran Cakrabuana sebagai wakil.
Perpecahan Keraton
Pada mulanya mereka bergabung di Keraton Kanoman, tetapi karena adanya konflik internal membuat Pangeran Cakrabuana memutuskan meninggalkan Keraton Kanoman dan mendirikan keraton sendiri, yaitu Keraton Kasepuhan. Meski demikian, kedua keraton tersebut sama-sama menjadi tempat di mana Islam disebarkan di Kota Cirebon.
Daftar kunjungan pertama ini memberikan gambaran sejarah yang semakin ke sini semakin memudar. Bagaimana tidak, seakan-akan, keraton yang sebenarnya masih mempesona ini sangat minim pengunjung. Bisa disimpulkan bahwa Keraton Kanoman hampir sudah tidak menarik lagi. Padahal, bangunan arsitekturnya masih sangat kokoh dan sangat kental dengan sejarah Islam.
Arsitektur Keraton Kanoman
Unsur putih di keraton ini memberikan kesan suci bersih. Keraton tidak dikelilingi dengan tembok penghalang sehingga pengunjung mudah memasukinya. Gerbang utama juga tidak memiliki pagar penutup. Selain itu, di beberapa sisi kanan dan kiri dari gerbang utama terdapat pintu-pintu masuk tanpa penghalang.
Hanya terdiri dari dua gapura kecil yang menandakan pintu masuk. Dengan begitu pengunjung bebas memasukinya. Meskipun demikian, untuk beberapa bangunan seperti tempat kesultanan tertutup rapat dan tidak bisa dimasuki karena memang tidak ada penjaga.
Tidak jauh dari gerbang utama terdapat candi yang cukup panjang dan pintu candi ditutup dengan lempengan. Memasuki area berikutnya, terdapat aula-aula terbuka yang dulu digunakan untuk menyiarkan agama Islam. Ada dua aula terbuka, di sebelah utara terdapat aula dengan bangunan putih, sedangkan di sebelah selatan terdapat aula yang dibangun dengan kayu, persis seperti saung.
Rumah Sultan Tetap Terjaga
Selain dua aula tersebut, ketika memasuki area keraton terdapat bangunan seperti rumah yang terkunci rapat. Rumah tersebut sepertinya rumah sultan yang berisi berbagai peninggalan kesultanan. Sayangnya, tidak ada penjaga apalagi pemandu yang bisa saya minta untuk menjelaskan detail mengenai Keraton Kanoman.
Dilihat dari bangunan arsitekturnya, keraton ini memiliki desain yang cukup sederhana. Hanya berunsur putih dan beberapa ukiran atau kerajinan di setiap dinding keraton. Dengan desain tersebut menunjukkan bahwa bangunan tersebut masih menggunakan bangunan ala kadarnya. Belum tersentuh oleh berbagai seni yang berkembang pada masa itu.
Meskipun demikian, desain keraton ini menggambarkan desain yang sangat kental dengan Islam. Berbeda dengan Keraton Kasepuhan yang desainnya sudah tersentuh dengan unsur Islam dan adat setempat.
Keraton Kanoman ini masih terlihat kokoh dan hanya sedikit bangunan yang rapuh. Beberapa dinding hanya mengelupas catnya. Masih terlihat mempesona dan berpotensi menjadi wisata sejarah yang bisa menarik wisatawan. Sayangnya, perbangkitannya tertimbun oleh Keraton Kasepuhan yang saat ini lebih ramai dikunjungi.
Meskipun demikian, Keraton Kanoman juga sangat disarankan agar menjadi pilihan pertama apabila ingin melakukan wisata sejarah di Cirebon. Hal ini karena Keraton Kanoman ialah keraton pertama yang akan mengantarkan pada cerita sejarah selanjutnya di Keraton Kasepuhan.
Letak Keraton Kanoman tidak jauh dari Stasiun Prujakan Cirebon. Itu mengapa Keraton Kanoman tepat dijadikan kunjungan pertama di kota yang terkenal dengan Empal Gentong ini. Saya harus melewati Pasar Anoman untuk bisa tiba di sana. Tidak ada gelagat orang yang berseliweran di area keraton.
Bangunan tua berdominasi putih ini cukup sulit ditemukan karena terletak di tengah-tengah pasar. Dari jauh terlihat seperti rumah gedong zaman dahulu yang sudah tidak ditempati lagi. Di pelataran keraton cukup sejuk karena terdapat pohon besar dan beberapa anak-anak juga bermain di sana. Sebenarnya, Keraton Kanoman masih menyimpan pesona sejarah dan agama Islam yang sangat tampak. Hanya saja kurang dikelola dan warga setempat lebih tertarik dengan Keraton Kasepuhan.