Pesona Mangrove, Pesona Alam Terpencil Mojo

Photo by, Prajna Farravita

 

NAMANYA dikenal sebagai Hutan Mangrove Mojo karena terletak di Desa Mojo, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Mojo merupakan desa kecil dari 18 desa di Kabupaten Pemalang. Desa yang berada di pesisir Pantai ini ternyata berpotensi tumbuhnya mangrove. Tidak heran jika Mojo mampu mengembangkan pusat wisata lewat hutan mangrove tersebut.

Hutan Mangrove Mojo dikenal setahun belakangan ini. Saat itu Hutan Mangrove ditemukan oleh Mahasiswa Fakultas Kehutanan dari Universitas Gadja Mada. Mahasiswa yang melakukan penelitian tentang pertanian mangrove memilih Desa Mojo sebagai pusat penelitian mereka. Dari penelitian tersebut, mahasiswa melihat bahwa selain Hutan Mangrove Mojo memiliki pertumbuhan mangrove yang baik juga berpotensi menjadi tempat wisata. View setiap sudut di Hutan Mangrove tersebut sangat tepat, yaitu di tengah-tengah muara dan sangat dekat dengan pantai.

Bukan hanya itu, dengan adanya lokasi wisata baru, desa yang pernah mendapatkan SiKompak Award 2013 ini dapat menjadi lahan pengelolahan bagi petani mangrove sekitar. Melalui kerja sama petani mangrove Desa Mojo dan Organization for Industrial Spiritual & Cultural Advancemen (OISCA) melakukan rehabilitasi mengrove tersebut. Hal itu menjadi peluang pula untuk Hutan Mangrove agar lebih berkembang menjadi pusat wisata.

Sebagai pelengkap sarana dan prasarana wisata Hutan Mangrove Mojo, para nelayan dan warga sekitar juga menyediakan perahu untuk akses ke Hutan Mangrove. Bagi pengunjung yang ingin melihat keindahan Mangrove beserta pantainya harus menaiki perahu menuju lokasi. Ada pangkalan perahu yang bisa membawa pengunjung. Satu perahu bisa diisi maksimal 20 orang dan per orang hanya membayar Rp20.000,- untuk pulang pergi. Setelah itu, pengunjung akan menyusuri Kali Comal sekitar 30 menit.

Photo by, Prajna Farravita

Pengunjung bisa menikmati desir angin sepoi-sepoi di atas perahu sampai tiba di lokasi. Perahu akan membawa pengunjung menyusuri sungai sampai tiba di muara, yaitu perbatasan antara Kali Comal dengan Pantai Blendung. Setelah tiba di Hutan Mangrove, pengunjung bisa mengelilingi hutan selama 30 menit. Pengelola memang tidak memberikan waktu lama bagi pengunjung, mengingat belum sepenuhnya memiliki tim keamanan yang bagus.

Di pintu pertama masuk, pengunjung bisa menyusuri jembatan kayu di atas muara yang dikelilingi pohon bakau. Akar-akar bakau yang membuat lokasi memiliki view menakjubkan untuk mengambil gambar. Di bagian ujung, pengunjung bisa menemukan pantai yang ditanami pohon bakau. Ombak akan masuk ke sela-sela akar pohon dan menciptakan suara debur air yang indah. Meskipun luas pantai sangat sempit karena terpenuhi oleh pohon bakau, tetapi, view pantai tetap bisa terlihat, bahkan lebih indah karena diapit oleh muara yang tampak seperti danau.

View warna alam, biru, putih, hijau, dan coklat membuat pemandangan terasa lengkap. Saya juga merasakan bahwa saat itu saya bersahabat dengan alam. Menikmati keindahan pantai yang berbeda. Desir ombak yang tertabrak akar-akar mangrove membuat sensasi nyata bahwa alam tak bisa dihancurkan begitu saja. Lihat saja, meski akar-akar yang terpotong di sekitaran sungai sudah banyak, tetapi keindahannya belum tentu hilang. Hal itu memang tidak bisa dirasakan oleh semua orang karena setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda. Semua itu tergantung dari bagaimana orang tersebut mengambil sudut untuk menciptakan keindahan.

Mangrove Mojo berpotensi menjadi lahan wisata besar. Melalui akses yang cukup menantang membuat pejalanan semakin berkesan dan penuh cerita. Sayangnya, dengan lokasi yang tampaknya kurang strategis membuat hutan bakau ini minim pengelolahan. Terletak di tengah-tengah muara membuat perawatan lokasi sulit dilakukan. Ditambah lagi dengan batas waktu yang ditentukan mengingat daerah sekitar cukup berbahaya. Masih banyak terdengar suara binatang liar, seperti anjing, burung gagak, ular, dan sebagainya.

Meskipun demikian, Hutan Mangrove Mojo tidak kalah dalam menyajikan pemandangan keren untuk melengkapi background foto para pengunjung. Mulai dari spot foto di tengah-tengah rimbunnya pohon bakau hingga suasana pantai yang dipenuhi dengan ranting-ranting bakau. Selain pengunjung bisa menambah koleksi foto untuk meramaikan jejaring sosialnya, pengunjung juga bisa menemukan objek foto landscape alam yang menakjubkan. Wisata ini sangat cocok dikunjungi oleh para treveler dan fotografi yang ingin berwisata alam sekaligus menambah koleksi foto alam. Tidak dipungkiri bahwa Hutan Mangrove Mojo ini mampu menjadi investasi wisata alam Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.

Photo by, Prajna Farravita

Dengan adanya pengembangan wisata tersebut sebenarnya memiliki manfaat besar bagi warga sekitar. Apabila Hutan Mangrove terus berkembang memungkinkan warga sekitar untuk mengembangkan perekonimannya. Petani Mangrove akan terus melakukan rehabilitasi tumbuhan mangrove guna pengembangan lokasi wisata. Adapun bagi nelayan bisa mendapatkan tambahan pemasukan dengan menyewakan perahu untuk pengunjung Hutan Mangrove. Selain itu, warga sekitar dapat berjualan di area sekitar Hutan Mangrove untuk memenuhi kebutuhan pengunjung.

Hal itulah yang menjadi aset Bangsa Indonesia melalui keindahan alamnya. Kekayaan Indonesia dapat dilihat dari pesona lokasi-lokasi terpencil di Indonesia. Lokasi kecil di setiap daerah berpotensi membantu Indonesia dikenal lebih dalam di mancanegara dan investasi melalui wisata menjadi salah satunya.[]Prav

 

Prajna Vita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *