Kopi Melangkapi Momen Berbagi Cerita

Dokumentasi Pribadi

 

Teng Go! Food Street Cibubur

Cappucino, Tiramisu Latte, and Affogato

Momen berkumpul untuk buka bersama di bulan penuh berkah rasanya belum lengkap jika tidak ditutup dengan kopi. Untungnya, salah satu dari mereka ada yang mendukung kecintaanku pada kopi. Meskipun, ia sambil bekerja, tetapi aku mendapatkan salah satu momen penting ini.

Dalam sebuah cafe yang sepertinya hanya ada kami membuatku sedikit ragu dengan cafe tersebut. Menu yang disajikan semuanya lengkap, tetapi anehnya hanya dua meja yang ditempati. Dalam pikiran negatifku mengatakan bahwa cafe tersebut kurang laku. Namun, entahlah, itu hanya persepsiku saja yang belum pasti kebenarannya.

Spot foto yang tepat dan unik mampu aku temukan. Dengan bantuan cahaya matahari sore, tepatnya senja membuatku mendapatkan pencahayaan yang sempurna. Berbekal kamera ponsel—seperti biasanya—aku mendapatkan beberapa potret menarik yang unik. Ada yang mengatakan bahwa aku sudah tepat menjadi fotografer. Bagiku itu merupakan pujian dukungan yang dapat meningkatkan semangatku untuk terus berkarya di bidang fotografi. Bukan sebagai style masa kini agar aku lebih dipandang keren. Namun, sebuah hobi ini memang salah satu pendukung agar aku dapat bercerita lewat foto.

Dokumentasi Pribadi

 

Semua menu sudah kami habiskan dan sesi foto-foto sudah kami puaskan, selanjutnya kami geser ke cafe di sebelahnya. Tampak lebih ramai dan memiliki dekorasi menarik. Pernak-pernik di rak-rak membuat cafe ini terlihat cantik dan enak dipandang. Beberapa pengunjung juga memanfaatkan dekorasi tersebut untuk mendapatkan background foto yang cantik. Selain itu, bagian dinding cafe ini juga dilengkapi dengan lukisan-lukisan kartun dan gambar-gambar lainnya. Pemandangan itu membuat suasana cafe tidak monoton. Bagian belakang atau ujung cafe tersebut ialah area rokok. Uniknya, pembatas ruangan tengah dengan belakang dilengkapi dengan hiasan sepeda onthel berukuran besar. Sungguh menarik.

Di sini aku tidak menjelaskan lebih rinci mengenai kopi, karena cafe ini bukan fokus pada kopi. Cappuccino yang aku pesan di sini juga tidak seenak di Filosofi Kopi, Giyatri, atau kedai kopi lain yang memang fokus terhadap kopi. Kopi yang digunakan juga kopi robusta. Meskipun begitu, latte art-nya, aku akui tidak kalah dengan kedai kopi sungguhan.

Obrolan kami ramai dengan celotehan menjatuhkan antar anggota. Selalu ada satu yang menjadi korban. Itulah serunya. Kami sama sekali tidak mengambil hati mengenai celaan-celaan itu. Semuanya menikmati tanpa ada yang perasaannya dilukai. Memang itulah sejatinya untuk dapat bersosialisasi.

Guyonan terus berlanjut sampai semua pesanan meja kami datang. Ketika Afogato mendarat di meja kami. Antusian salah satu dari kami pecah. Hal itu disebabkan karena ada daun mint di atas es krim affogato tersebut. 😀

Selanjutnya, tiramisu dengan latte art berbentuk love mendarat. Antusiasnya kembali pecah ketika melihat latte yang cantik di atas kopi. Tidak berhenti di situ, ketika cappuccino tiba dengan tulipnya. Ia ingin sekali mengaduknya dan aku langsung memasang muka cemberut. 😀

Satu lagi hal unik yang kutemui ketika itu ialah salah satu dari kami mencampurkan kopi dengan air putih.

“Abis pait banget,” katanya.

Pecah semua tawa kami. Inilah hal-hal baru yang aku temui ketika menghabiskan waktu ngopi bersama orang-orang baru. Aku menemukan banyak keunikan dari mereka. Aku menemukan hal baru, cerita baru, momen baru, berbagai obrolan baru, dan lelucon baru bersama mereka.

Kopi memang tepat digunakan sebagai penutup obrolan malam itu.[]Prav

 

 

 

Prajna Vita

Jakarta, 11 Juni 2017

21.17

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *