Jacob Koffie Huis: Ngopi Seperti di Rumah Sendiri

Photo by, Prajna Farravita

HIRUK-pikuk kota di akhir pekan bisa diprediksi bahwa mereka akan berbelanja atau makan di sebuah restoran yang sedang viral di sosial media. Kemacetan dipenuhi dengan mobil pribadi atau mungkin mobil sewaan yang diorder lewat aplikasi yang berlomba-lomba menyediakan promo. Menelusuri jalanan pinggiran ibu kota yang terkenal dengan mahasiswa dari universitas ternama nomor tiga di Indonesia. Sepertinya kota inilah yang menjadi dambaan anak muda yang masih ingin mengejar pendidikan. Rumah makan, restoran, cafe menjadi tempat berkumpulnya mereka bersama laptop mereka. Mungkin malam mereka menjadi siang dan siang mereka tetap menjadi siang.

Belum lengkap rasanya menghabiskan waktu dengan hobi kalau belum ngopi. Belum lengkap pula rasanya pecinta kopi kalau belum hunting kopi di akhir pekan. Belum lengkap juga bagi food addict kalau belum berkunjung ke cafe-cafe baru. Selain mencoba menu andalan cafe tersebut juga mencoba diskon grand opening.—Namanya juga zaman kreativitas, kita harus sekreatif mungkin untuk mendapatkan harga yang lebih murah. Termasuk mengikuti teknik ibu-ibu berbelanja.

Zaman sekarang kreativitas bisa mengubah segala hal yang tidak bernilai menjadi makin dilirik. Seperti kunjungan saya ke kedai kopi di kota Depok, tepatnya di Jalan Kemuning, Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat. Di sini terdapat rumah Belanda yang disulap menjadi kedai kopi dan menjadi salah satu tempat nongkrong para mahasiswa UI dan Gunadarma.

Awalnya, saya ingin bertemu dengan teman kuliah, sebut saja Shabrina. Dulunya, dia sama sekali tidak tertarik yang namanya kopi, tapi kalau makanan tahu banget, dan saya sebaliknya. Dia tinggal di Depok dan percaya atau tidak bahwa Depok bisa dikatakan sebagai kota kuliner. Sepanjang jalan Margonda, makanan jenis apa pun bisa saya dapatkan. Berbagai macam makanan bisa ditemukan dengan plang-plang yang berjejer di sepanjang jalan. Tempat print – warung makan – tempat printcafe – tempat print – restoran – tempat print – Indomart – tempat print – Gramedia – Depok Square – Margo City – warung makan – tempat printcafe – tempat print – restoran – tempat print – Indomart. Begitulah isinya di sepanjang jalan Margonda. Desain cafe yang ada pun bermacam-macam, mulai dari penjara, ala-ala Italia, lesehan, dan banyak kreasi desain interior lainnya.

Banyaknya tempat makan di Depok, setiap hari libur Depok dipenuhi dengan mobil pribadi dan setiap tempat makan ramai oleh keluarga atau rombongan anak muda. Masuk Margo City di Depok saat hari libur saja saya harus menghitung langkah karena mall yang sudah elit di Depok akan penuh dengan orang-orang dari berbagai kelas sosial. Naik tangga penyebrangan saja harus antre, untungnya tertib. Biasanya yang anak muda lakukan ialah hangout bareng teman lama sekaligus mencoba tempat baru. Daripada saya harus lelah duluan sebelum mendapatkan barang yang saya cari, lebih baik saya anteng mencicip kopi di kedai kopi “Jacob Koffie Huis”.

Photo by Prajna Farravita

Jacob Koffie Huis merupakan kedai kopi yang dihidupkan dari penataan ulang rumah Belanda. Hal itu terlihat dari desain bangunan yang masih khas bangunan Belanda. Namun, ketika memasukinya, desain interior akan berubah menjadi konsep modern minimalis. Menyesuaikan dengan kids zaman now, Jacob Koffie Huis disulap menjadi kedai kopi yang bisa dinikmati pengunjung seperti berada di rumah sendiri.

Photo by, Prajna Farravita

Pertama memasukinya, seperti ruang tamu, yaitu terdapat dua sofa dengan satu meja kecil. Persis seperti rumah sendiri. Memasuki bagian berikutnya ialah ruangan keluarga, di sana terdapat layar televisi yang menampilkan video-video tentang kopi. Jadi, pengetahuan kita tidak mentok pada bagaimana mencari angle selfie saja, tetapi bisa mengetahui bagaimana proses biji kopi sampai ke pelanggan. Di area ini terdapat meja panjang yang tepat digunakan untuk meeting dengan jumlah lima sampai sepuluh orang. Samping ruang tamu, terdapat ruang privat. Bagian ini bisa digunakan untuk pengunjung jumlah sedikit karena menyediakan meja yang menghadap ke tembok. Bagi yang datang sendiri—saya tidak ngomong jomblo—bisa memilih area ini.

Photo by, Prajna Farravita

Beralih ke bagian dapur bar, terdapat tempat duduk di depan dapur bar, sehingga pengunjung bisa melihat barista membuat seduhan kopi. Pengunjung bisa melihat penampilan barista memainkan latte art atau bertanya mengenai teknik seduhan bagi yang masih belajar tentang kopi. Pengunjung bebas mengobrol dengan barista mengenai kopi—di luar pedekate–, karena kalau sudah membahas tentang kopi bisa habis bercangkir-cangkir—sebagai tester tapi kalau pas mau pulang ditagih bill-nya jangan salahkan saya. 😀

Photo by, Prajna Farravita

Lalu, beralih ke bagian outdoor, pengunjung bisa menikmati area luar atau area ini juga diperuntukkan bagi perokok. Pengunjung yang ingin hunting foto juga bisa memanfaatkan area outdoor untuk mendapatkan background foto yang lebih fresh. Di area outdoor terdapat tempat duduk panjang berbentuk segi empat yang tengah-tengahnya ditanami dengan tanaman hias. Biasanya para model dan fotografernya juga nongkrong di area ini. Adem bukan?

Cafe ini menggunakan pintu dan jendela dengan kaca yang lebar, sehingga tampak lebih luas. Setiap sisi tembok cafe dibuat dengan warna putih dengan beberapa imbuhan quotes dari penulis-penulis bijak—banyak pengunjung yang mengutip untuk dijadikan caption di instagram mereka, termasuk saya. Dinding cafe dihiasi pula dengan foto-foto dan lukisan, serta tumbuhan dalam ruangan. Lebih lengkapnya, cafe menyediakan air putih, di mana pengunjung bisa mengambil sepuasnya. Pengertian sekali karena peminum kopi pasti membutuhkan air putih yang banyak untuk menetralisir tubuh kembali. Pengunjung akan merasa berada di rumah sendiri dengan suguhan kedai kopi seperti ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *