Jalan – jalan Prepare Sehari Jadi

Dokumentasi Pribadi

INI baru yang saya sebut sebagai jalan-jalan. Bisa dikatakan saya mengalami momen jalan-jalan setahun hanya sekali. Traveling atau touring bisa sekaligus saya lakukan dalam setahun, tergantung ada yang mau ngajak atau saya mau ngajak atau tidak.

Jalan-jalan menjadi salah satu momen trip yang sering saya hindari atau saya ikut tetapi pasif. Jalan-jalan itu tidak semudah melakukan rencana traveling atau touring yang rundingan dengan menetapkan berbagai strategi dan kapan saja berubah bisa tetap jalan. Jalan-jalan harus menyesuaikan dengan berbagai kondisi internal maupun eksternal. Tujuan destinasi dan keuangan pun perlu dipertimbangkan. Hal ini mengingat bahwa jalan-jalan tidak mungkin diikuti oleh anak muda saja. Dan, hal-hal membingungkan serta rumit ternyata bisa dipecahkan dalam satu hari. Itu mengapa, jalan-jalan dan traveling tentunya akan mengalami sensasi yang berbeda. Perbedaan apa yang saya rasakan dengan traveling bisa dibaca di sini.

Prepare satu hari untuk planing jalan-jalan itu jarang sekali terjadi. Kantor saya yang mungkin satu tahun lebih tidak keluar untuk refreshing rasanya ingin melakukan kebersamaan kembali di luar. Rencana jalan-jalan berkali-kali diomongkan oleh divisi produksi—posisi saya–dan berkali-kali pula gagal. Tanggal 15 Desember 2017 melakukan rencana dan 16 Desember 2017 pun jalan. Luar biasa….

Dengan berbagai masalah kami hadapi, mulai dari mengharapkan semuanya bisa ikut, membujuk akan mengantar karyawan yang rumahnya paling jauh, sampai membujuk sopir yang sudah janji kepada istrinya akan pulang kampung. Satu masalah kelar, masalah baru muncul. Berikut masalah yang hanya bisa saya dengar karena saya sebagai karyawan junior yang penting harus stor muka.

Pertama, Kesepakatan keikutsertaan untuk semua karyawan. Inilah yang sering menggagalkan perjalanan di depan. Mengingat mementingkan kebersamaan, jadi semuanya harus ikut serta dan tidak semua karyawan bisa menyatukan jadwal. Satu tidak ikut, lainnya tidak ikut. Senior tidak ikut, junior tak bisa apa-apa—karena donatur ada di senior. Maju mundur terus terjadi dari jam 8 pagi hingga 12 siang. Akhirnya, yang tidak bisa biarkan saja, yang lain tetap berangkat.

Kedua, Pemilihan destinasi. Destinasi yang berpindah-pindah bisa menggagalkan minat karyawan berubah, jadi perlu hati-hati dalam memilih destinasi wisata. Tentukan tempat yang searah dengan rumah yang paling jauh. Tentukan pula biaya yang akan dikeluarkan untuk destinasi tersebut. Pilihan puncak dan Bandung terus menjadi perdebatan dari jam 10 pagi hingga jam 2 siang.

Ketiga, Transportasi. Inilah yang menjadi persoalan utama dan bisa gagal jalan tiba-tiba. Penyewaan mobil mengalami sedikit masalah karena nego harga tidak bisa dilakukan. Mondar-mandir, lobi sana-sini akhirnya bisa didapatkannya jam 4 sore. Masalah mobil yang sudah kelar, ditambah lagi dengan sopirnya yang tidak ada. Fix, menyelesaikan masalah berikutnya. Dengan bermodal rayuan, akhirnya mendapatkan sopir yang bersedia ikut dan terpaksa menggagalkan kepulangannya ke kampung.

Tepat jam 4 sore, semua masalah bisa teratasi dan ketok palu untuk memutuskan bahwa jalan-jalan siap dilakukan. Sehari prepare bisa membawa divisi saya berkumpul kembali. Yang dadakan itu yang jadi. Dan inilah, jalan-jalan prepare sehari jadi yang baru pertama kali saya alami.[]Prav

 

 

Baca juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *