Touring 9/17: Di Sinilah Seninya Touring #1

Dokumentasi Pribadi

 

PERJALANAN ini dimulai dengan beberapa masalah yang cukup panjang dan berbelit. Ya, ini kali pertama saya memberanikan diri untuk touring ke Cianjur Selatan, Jawa Barat. Sebenarnya sudah lama ingin merasakan bagaimana menemukan seninya ketika melakukan perjalanan menggunakan sepeda motor dengan jarak tempuh panjang. Kali ini saya merasakan dan sensasinya sungguh luar biasa. Perjalanan yang sudah direncanakan jauh-jauh hari akhirnya terlaksana meskipun melalui berbagai rintangan yang sangat banyak. Mulai dari peserta yang batal hingga mengatur keberangkatannya. Memang bisa dibilang bahwa menyatukan omongan dengan bukti itu sangat sulit. Satu demi satu masalah muncul dan satu demi satu pula dapat terselesaikan dan akhirnya kami berangkat dengan peserta delapan orang menggunakan empat motor.

Perjalanan dimulai pada malam hari pukul 22.00, Kamis 31 Agustus 2017. Sebelum gas, kami dipimpin doa oleh salah satu anggota agar diberi keselamatan sampai tujuan. Malam takbiran Idhul Adha kami menikmatinya di perjalanan yang cukup panjang. Keluar dari Jakarta dan melewati jalanan dengan lampu jalan yang ramai ditambah lagi suara takbir terus berkumandang. Sesekali kumandang tersebut hilang ditelan oleh suara kendaraan dan angin malam.

Perjalanan memasuki hutan pertama membuat saya masih biasa saja. Menikmati perjalanan malam memang kerap kali saya lakukan, tetapi menggunakan bus, kereta, atau mobil. Kali ini saya menikmatinya dengan menggunakan motor yang bisa dibilang mempunyai risiko yang cukup besar.

“Ujung dunia itu masih jauh, berharaplah pada esok agar masih bisa bernapas dan membangkitkan asa untuk menghitung langkah.”

~Prav

Kanan kiri jalan yang kami lalui ialah hutan tanpa lampu. Hawa dingin malam sudah mulai terasa tetapi masih belum menggigil. Setelah hutan yang panjang sudah kami lalui, embun mulai memenuhi jalanan dan kami mulai merasakan hawa dingin menembus kulit. Ternyata kami melalui perkebunan teh, daerah tersebut ialah Pagilaran. Jalanan sudah mulai nanjak dan berliku ditambah dengan kabut yang cukup tebal. Beberapa dari kami sudah mulai merapatkan jaket dan memasang sarung tangan.

Istirahat pertama pukul 02.45 dini hari ketika keluar dari perkebunan teh tersebut. Ada beberapa tukang buah yang masih menjajakan dagangannya. Ada pula beberapa pengendara motor yang istirahat di tempat kami. Setelah beberapa menit hingga gorengan yang kami beli sudah habis, kami melanjutkan perjalanan dan kebun teh tersebut masih belum habis, justru masih panjang. Jalanan berliku membuat kami harus konsentrasi mengendarai motor. Memang pada jam dini hari seperti itu jalanan berasa milik sendiri, tetapi tetap saja, terkadang ada kendaraan yang lewat dari arah sebaliknya. Di sinilah dingin mulai menusuk kulit dan kami sudah dihantui dengan rasa kantuk.

Dokumentasi Pribadi

 

Kebun teh habis, kami masih harus melewati hutan. Hutan perkampungan, hutan perkampungan. Begitu seterusnya, hingga kami menemukan pom bensin untuk menambah bahan bakar dan istirahat sebentar. Istirahat kedua ini pukul 04.25 dan pengendara motor sudah mulai diterpa kantuk yang kuat. Kami tidak menyerah, untuk mengejar waktu kami melanjutkan lagi dan memasuki hutan kembali. Kira-kira satu jam kami melewati hutan dan pukul 05.30 kami sudah memasuki perkampungan tanpa hutan, tetapi pantai. Sebelah kanan di jalan yang kami susuri, pantai menyambut kami dengan garis pantai yang sangaaaaat panjang. Ombak yang terus bergerak tampak kecil karena kami melihatnya dari jauh. Semua muka berubah dan senyum pun mengembang di masing-masing peserta. Kami disambut dengan pantai sepanjang jalan. Bagi seseorang yang tinggal di kota itu merupakan hiburan yang sangat menakjubkan.

Perjalanan tidak berhenti di situ saja. Kami harus melalui jalanan berbatuan yang ekstrem. Selain bebatuan kasar jalan tersebut juga nanjak, sehingga memerlukan tenaga ekstrem untuk mengatur gas agar dapat naik. Kami harus melalui jalanan berbatu tersebut cukup panjang dan perlu menahan napas beberapa kali untuk mensinkronasikan tubuh.

Akhirnya, pada pukul 06.00 kami tiba di rumah salah satu peserta kami dan rumah tersebut masih menggunakan rumah panggung. Ya, di daerah Cianjur selatan, Jawa Barat masih banyak yang menggunakan rumah panggung. Saya merasakan seperti benar-benar liburan dan singgah di homestay. Setelah tiba kami mengatur posisi tidur untuk menambah tenaga agar bisa menjelajah pantai di Cianjur.

Itulah seninya touring, kami harus benar-benar menjaga kesehatan kendaraan dan kestabilan pengendara dengan keadaan. Di dalam alam terbuka di tengah-tengah hutan yang cukup panjang memerlukan adrenalin yang kuat dan kekompakan untuk bisa membuka jalan. Stamina tubuh harus tetap terjaga agar tidak ambruk di jalan dan mata terus melek. Risiko melihat sesuatu-sesuatu yang ghaib memang ada, sehingga perlu berdoa di sepanjang perjalanan.

Pertama yang harus diperhatikan ialah kesehatan kendaraan. Untuk menghindari problem di jalan, toruringers juga memerlukan peralatan sepeda motor. Kamu bisa mencarinya di sini.

 

 

Prajna Vita

Jakarta, 4 September 2018

20.16

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *