Ngopi Tidak Selalu Menjadi Gaya Hidup Masyarakat Urban

Dokumentasi Pribadi

 

Le Gita Coffee

Order : Black Coffee Java Pekalongan dan Cappucino

Alasan merantau ialah agar kita tahu pulang untuk apa dan siapa.

LAHIR di sebuah kota kecil dan menjalani pendidikan berseragam selama dua belas tahun tentu tak lepas dari teman-teman seperjuangan. Ketika kami bersama, berbagai momen dari waktu ke waktu menjadi cerita nostalgia. Canda tawa mengisi setiap jam pertemuan kita. Namun, ketika kami kembali disibukkan dengan urusan masing-masing dan harus berstatus perantau, sebentar sekali rasa rindu itu mampu bertahan. Tidak ada kerinduan momen yang mengingatkan adanya obrolan dalam waktu panjang.

Momen menjadi cara sederhana menciptakan kebersamaan. Dengan momen yang mengesankan dapat meninggalkan kerinduan lebih lama. Aku berusaha menciptakan momen baru untuk mempertahankan kerinduan kami. Di kota Comal, aku merekomendasikan Le Gita Coffee sebagai tempat melepas rindu. Sebelumnya, aku sudah mencari informasi kedai kopi di kota kelahiranku itu. Dengan letaknya yang strategis, kami menciptakan momen pertemuan baru yang sederhana.

Aku kira Le Gita merupakan kedai kopi baru di Comal, ternyata sudah berdiri satu tahun yang lalu. Aku baru menyadari bahwa Comal ternyata tidak kampung-kampung sekali. Masih ada deretan cafe di ruko Grand Comal. Meskipun cafe-cafe tersebut tidak begitu ramai pengunjung, tetapi perkembangan Comal sudah mulai meningkat. Mungkin adanya kedai kopi di daerah Comal sangat minim pengunjung tetapi dengan kombinasi donat dan makanan lain, membuat Le Gita ramai pengunjung. Buktinya, untuk akun instagramnya saja tidak kalah dengan kedai kopi di Jakarta. Bisa lihat di @legitacoffee. Menu kopi yang direkomendasikan kepada pelanggan juga banyak yang di datangkan dari daerah penghasil kopi terbaik.

Aku tahu, kedua temanku dalam pertemuan itu tidak begitu gemar kopi. Namun, aku sarankan untuk memesan menu lain. Aku akui bahwa orang-orang di sekitarku tidak ada yang begitu gemar kopi. Jadi, aku selalu sendiri untuk berlama-lama bersama secangkir kopi. Namun, kali ini, tidak ada salahnya aku mengenalkan mereka pada kopi yang membuatku mengalami berbagai perubahan. Seperti aku mengenalkan kopi pada temanku di Filosofi Kopi yang aku ceritakan di sini.

Ketika kopi Java Pekalongan telah menyentuh lidah dan aromanya menyusup hidung, secepat kilat aku berusaha mengenali karakteristik rasa kopi dari tanah Jawa itu. Jujur saja, aku yang masih belajar mengenali rasa kopi masih kesulitan untuk menentukan kopi yang aku rasakan. Tapi tak ada salahnya lah untuk mencoba memutuskan karakter rasanya.

Setelah kopi Java Pekalongan telah tandas dari cangkirku, entah mengapa aku merasakan waktu berjalan begitu cepat. Aku yang bisa disebut sebagai introvert, kali ini obrolan lepas begitu saja. Pemikiran-pemikiran yang selama ini aku tampung mampu aku lepaskan pada mereka, mampu aku bagi pada mereka. Hari itu, aku seperti menemukan pendengar baik yang mau tahu bagaimana selama ini aku bisa menjadi penikmat kopi. Bukan hanya itu, aku begitu luwes menyampaikan saran untuk berbagai masalah temanku. Dulu, aku hanya bisa menjadi pendengar terus menerus, tetapi kali itu aku bisa menjadi pembicara dalam menyampaikan saran.

Kebersamaan kami berlanjut hingga tiga jam di Le Gita Coffee itu. Kenyamanan lokasi dengan beberapa lukisan tentang kopi membuat suasana ngopi kami semakin lengkap. Bukan hanya itu, kopi-kopi dari tanah Jawa yang disediakan juga menjadi salah satu kesempatanku untuk mencicipi kopi dengan karakteristik rasa rempah. Selain itu, coffee shop yang berada di kota dengan makanan khasnya berupa apem Comal ini mempunyai beberapa menu kopi dari tanah Jawa. Kopi yang didatangkan dari petani langsung tersebut membuat salah satu kedai kopi di Comal yang ingin memakmurkan petani kopi. Sedangkan, Java Pekalongan sendiri merupakan kopi yang diambil dari kota paling dekat dengan Comal, yaitu di daerah Petung Kriyono, Pekalongan. Di mana kopi dari kebun tersebut sebenarnya memiliki kualitas kopi yang baik, tetapi memang belum begitu dikenal. Untuk mendapatkan kopi-kopi nusantara juga bisa melakukan pembelian di beberapa situs kopi respi seperti, Otten Coffee, Klinik Kopi, atau Specialty Coffee.

Momen ngopi kali ini merupakan awal pertemuan kami untuk terus menumbuhkan kerinduan. Kerinduan yang mampu menciptakan alasan untuk pulang. Di mana momen ngopi bukan hanya bisa dilakukan di kota besar dan menunjukkan gaya hidup masyarakat urban. Namun, kota kecil seperti Comal juga mempunyai kedai kopi yang bisa mengenalkan kopi daerah dan menciptakan momen kebersamaan untuk saling berbagi cerita sederhana. Dan, menjadi salah satu alasan agar tahu pulang untuk apa dan siapa.

 

Dan momen-momen ngopi seru lainnya aku ceritakan juga di sini:

Ketika Kopi Menuntun Perbincangan Mengenai Kemunafikan

Kopi Melengkapi Momen Berbagi Cerita

Touring Ditemani Kopi Kapal Api, Jelas Lebih Seru

 

 

 

Prajna Vita

Comal, 11 April 2016

8.54

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *